Cinta adalah sebuah fenomena yang kompleks dan sering menghadirkan kebingungan yang tak terhingga di dalam pikiran dan hati kita. Saat ini, mungkin ada beberapa dari kita yang tengah meraba-raba dalam gelap, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan, “Apakah sesungguhnya aku masih cinta? Sesungguhnya aku masih sayang?”
Pertama-tama, mari kita teropong lebih dekat pada interaksi kita sehari-hari. Ketika bicara tentang cinta dan sayang, kebanyakan dari kita akan berpikir mengenai sebuah hubungan asmara. Namun, ini hanyalah salah satu aspek dari cinta. Cinta juga bisa datang dalam bentuk kasih sayang terhadap keluarga, teman, ataupun diri sendiri.
Jika kita berbicara mengenai cinta dalam konteks hubungan asmara, pertanyaan “Apakah sesungguhnya aku masih cinta?” seringkali muncul saat hubungan mulai memasuki fase dimana kilau awal mulai pudar. Saat kita mulai melihat pasangan sebagai seorang individu dengan kecacatan dan kekurangan, bukan lagi sebagai figur yang tampak sempurna di mata kita.
Serupa, dalam konteks sayang, kebingungan sering muncul saat kita mulai merasa kehilangan atau jarak dengan orang yang kita sayangi. Saat itulah kita mulai bertanya-tanya, “Apakah sesungguhnya aku masih sayang?”
Namun, satu hal yang perlu kita sadari adalah cinta dan sayang tidak selamanya terasa menyenangkan dan nyaman. Ada kalanya cinta dan sayang datang dalam bentuk pengorbanan, pengertian, dan penerimaan terhadap orang lain atau diri sendiri. Hanya karena kita merasa tidak nyaman, bukan berarti cinta dan sayang kita tidak ada.
Cinta dan sayang adalah seperti api yang melambai-lambai, bisa padam dan bisa berkobar kembali. Jika saat ini kita merasa diri berada dalam keadaan “kelabu” tentang cinta dan sayang kita, bukan berarti cinta dan sayang tersebut telah sirna.
Sesungguhnya, cinta dan sayang adalah proses. Hal tersebut berkembang, bermutasi, dan terkadang menghilang. Tetapi jika kita setia, sabar dan yakin, seringkali, kita akan menemukan bahwa cinta dan sayang kita ternyata tidak pernah benar-benar pergi. Mereka hanya bersembunyi, menunggu untuk ditemukan kembali.
Jadi, jika ada seorang dari kita yang bertanya-tanya “Apakah sesungguhnya aku masih cinta? Sesungguhnya aku masih sayang?” Ingatlah bahwa cinta dan sayang bukanlah tentang selalu merasa bahagia, tetapi tentang menerima dan menghadapi realitas, termasuk realitas tentang diri kita sendiri.
Kita semua pasti pernah merasakan momen-momen “sesungguhnya aku masih cinta, sesungguhnya aku masih sayang” dalam hidup kita. Ketika kita bisa tetap merawat, mendukung, dan menerima orang lain dan diri sendiri dalam keadaan baik dan buruk, itu adalah bukti nyata dari cinta dan sayang.
Jadi, tetaplah percaya dan berharap, karena sesungguhnya cinta dan sayang itu ada dan selalu ada, meski kadang tersembunyi dan tidak sempurna.